Minggu, 18 Maret 2012

Belajar, dari pilosofi BAYI

By : Rijal Muhammad

Sebagai orang tua, kita tentunya mengetahui perkembangan bayi kita dari mulai fisik, prilaku, mental dan hal-hal lain terkait dengan masa pertumbuhannya. Banyak hal lucu dan menggembirakan yang dilakukan sang bayi saat merespon sesuatu, beraktifitas sendiri sampai melakukan hal unik lainnya yang tidak dibimbing sebelumnya. Namun disamping hal menggembirakan tadi, kondisi bayi juga sangat rentan terserang virus penyakit yang membuat orang tua merasa sedih dan khawatir bahkan ada yang mengalami shock karena tidak siap dengan penyakit yang diderita sang bayi.

Tapi, itulah sosok seorang bayi. Dia adalah makhluk yang sangat lemah. Dia tidak bisa mencari kebutuhannya secara aktif tanpa dibantu orang dewasa. Dia juga makhluk yang sangat mudah diserang berbagai virus penyakit karena ketahanan tubuhnya belum kuat seperti orang dewasa. Dia juga makhluk yang polos dan apa adanya, sehingga apapun yang dilakukan dan diberi orang tuanya akan diterima tanpa bisa melawan. Dia juga makhluk yang memberi tantangan kepada kedua orang tuanya terutama, karena bisakah dia tumbuh besar dengan pertumbuhan yang normal baik fisik, prilaku dan mentalnya.

Berikut beberapa hal yang bisa kita pelajari dari seorang bayi dari mulai kelahirannya.

1. Bayi terlahir dalam keadaan telanjang

Keadaan bayi yang terlahir telanjang memberikan nasihat kepada kita tentang sisi kemanusian yang perlu kita renungi. Telanjang mengindikasikan bahwa manusia terlahir dalam keadaan tidak punya apa-apa. Dalam ketiadaannya itu, dan dalam upaya memenuhi segala hajat dan keperluannya itu, ia memerlukan bantuan dan pemeliharaan orang lain. Dialah orang tua yang melakukan tugas itu. Maka seyogyanya dan sepatutnya sang bayi harus dengan tulus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada orang yang telah memberikan segala kebutuhannya saat tak mampu melakukan apapaun. Dia harus menghormati sedalam-dalamnya dengan memberikan balas budi sebatas yang dia bisa berikan kepadanya. Maka, sangat ironi jika seorang anak tidak pernah memberikan penghormatan dan balas budi kepada orang tuanya, bahkan malah menyakiti dan mendzoliminya. Demikianlah hal ini, menjadi perumpamaan bagi kita seorang hamba dengan Tuhan kita Allah swt. Seperti seorang anak yang berbaktilah pada orang tuanya lah perlakuan kita kepada Allah. Karen Dia yang telah menganugerahi semua kebutuhan hingga kita menjadi seperti ini.

Disamping makna diatas, telanjang mengindikasikan tentang terbukanya aib atau aurat seseorang serta butuhnya dia pada pakaian yang bisa melindunginya dari cuaca dingin sekaligus menutupi auratnya. Terbukanya aurat yang kemudian secepatnya harus ditutupi, merupakan simbol bagi manusia bahwa mereka -sebagai tempatnya salah dan lupa- harus menutupi dan memperbaiki kekurangannya. Terbukanya aib merupakan sesuatu yang tidak wajar untuk diketahui umum apalagi hingga terpublikasi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Bagi seseorang yang memiliki aib dan kekurangan serta para pelaku yang berupaya untuk mempublikasi aib tersebut hendaknya mmerenungi sabda Nabi yang mengatakan "beruntunglah bagi seseorang yang sibuk terhadap kekurangan dirinya hingga tidak sempat untuk mengorek dan membeberkan aib orang lain". Dalam sabdanya yang lain "Allah akan menutupi aib seseorang jika orang tersebut menutupi aib orang lain". Karenanya, cukup dari lahirnya seorang bayi dengan kondisi telanjang, untuk menjadi pelajaran agar kita cukup tersibuki dengan aib dan kekurangan kita sehingga kita tidak mengetahui aib dan kekurangan orang.

2. Bayi terlahir dalam keadaan menangis

Siapapun akan merasa khawatir kalau anaknya terlahir tidak menangis. Alasan kenapa bayi yang baru lahir itu menagis sebetulnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Selama di dalam kandungan bayi hidup dalam lingkungan yang berair dan terdapat jalan yang menghubungkan jantung dan paru-paru untuk membantu bayi mendapatkan nutrisi dari darah ibu. Ketika bayi baru dilahirkan, bayi mengambil napas untuk pertama kalinya melalui perubahan peredaran darah dan dengan menangis membantu membuka sirkulasi untuk mengirim oksigen melalui paru-paru.Tangisan pada bayi tersebut membantu membuka paru-parunya agar bisa menghirup oksigen. Dan tepukan pelan di bagian belakang tubuh bayi berguna untuk mendorong bayi agar melakukan pernafasan udara.

Namun yang bisa dipelajari dari tangisan bayi saat lahir adalah penjelasan bahwa hidup ini adalah perjuangan. Perjuangan melawan setan yang akan berupaya menjerumuskannya. Perjuangan melawan kebatilan. Perjuangan untuk meraih sukses dunia akhirat yang tidak mudah diraih keculai dengan kesungguhan. Menangis adalah simbol tentang sulitnya meraih semua itu. Menagis juga sekaligus cara baginya untuk berkomunikasi. Untuk itulah sejak dini, orang tua hendaknya sudah mempersiapkan segalanya demi kesuksesan buah hatinya menjadi orang sukses dan bahagia dunia akhirat.

3. Belajar dan mencoba tiada henti

Kalau orang tua memperhatikan perkembangan gerak bayinya, maka dia akan belajar banyak hal. Seorang bayi saat dilahirkan hanya bisa diletakkan dalam posisi terlentang. Semakin besar dia akan mulai belajar miring kekanan dan kekiri. Setelah itu dia belajar untuk tengkurap, kemudian belajar duduk, merangkak hingga kemudian belajar berdiri dan berjalan. Semua itu dilakukan oleh bayi secara natural dan tidak pernah berhenti (baca : bosan atau kapok). Terutama jika diperhatikan saat bayi belajar untuk berdiri, tidak jarang orang tua mendapati bayinya terjatuh. Saat terjatuh sang bayi hanya menangis sebentar kemudian selanjutnya berusaha lagi. Begitu seterusnya hingga dia bisa berjalan dengan mandiri.

Belajar dan upaya terus menerus yang dilakukan oleh sang bayi tersebut semestinya menjadi pelajaran bagi mereka yang sudah besar dan dewasa. Bahwa apapun kalau dilakukan dengan penuh kesungguhan dan keuletan akan menuai hasil. Tangisan bayi yang terjatuh kemudian berusaha bangkit lagi juga jadi i'tibar bahwa dalam melakukan apapun pasti ada rintangan yang mesti dihadapi. Kegagalan merupakan cambuk agar seseorang belajar supaya tidak mengalami keterpurukan untuk kali kedua. Semua keberhasilan dan kesuksesan harus dipahami sebagai hukum alam (baca: sunnatullah) yang Allah berlakukan untuk semua makhluk-Nya di alam ini. Siapa yang sungguh-sungguh pasti akan menuai hasil, namun juga sebaliknya.

4. Bayi biasanya cenderung pada orang yang dilihatnya

Jarang bayi -terutama yang sudah mulai besar- jika ketemu dengan orang lain yang ingin memegang dan membawanya akan memberikan senyum dan merasa nyaman bersamanya. Kebanyakan bayi hanya akan merasa nyaman jika berada dipelukan orang dekatnya terutama ibu. Kebiasaan untuk melihat dan berinteraksi dengannya membuat dia mengenalinya dan hanya merasa nyaman jika berada dengannya. Sehingga keberadaan yang lain akan terasa asing dan tidak jarang dilanjutkan dengan ekspresi menangis.

Demikianlah keadaan manusia yang sesungguhnya. Sejatinya dia sejak dari awalnya (baca:saat menjadi ruh) sudah mengadakan perjanjian dengan Tuhannya saat ditanya, "bukankah Aku Tuhanmu? Ruh menjawab, "Benar, kami bersaksi Engkau adalah Tuhan kami". Sehingga pada saat hadir ke alam dunia ini, perjanjian itu tetap dipegang teguh sebagai bukti janji kesetiaan yang hakiki. Semestinya semua orang mengalihkan pandangan untuk menyatakan bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak untuk disembah. Mereka harus memalingkan tuhan-tuhan palsu yang tak akan memberi manfaat dan pertolongan sedikitpun. Kesetiaan hanya kepada-Nya merupakan sesuatu yang fitrah, dimana setiap orang bisa menggapainya meskipun terbentur dengan tradisi dan faktor keturunan lain yang membelenggu untuk mengenal Tuhan sejatinya. Bukankah manusia dianugerahi akal dan hati yang bisa digunakan untuk berfikir mendalam demi menemukan Tuhan sejatinya? Ya, namun sedikit yang berupaya untuk melakukan itu, karena tak mampu mengendalikan nafsu yang sedari awal sudah melenceng teramat jauh dari Sang Pemilik kebenaran sejati itu.

5. Bayi hanyalah apa yang didengar dan dilihat

Dalam al-Qur'an Allah menyebut kata "assama'" yang berarti pendengaran lebih dahulu untuk kemudian disusul dengan kata "albashar" yang berarti penglihatan dan terakhir kata "alfuad" yang berarti hati. Ketiganya akan dimintai pertanyaan terkait dengan tugas masing-masing. Dalam hal proses meraih pengetahuan memang melewati ketiga unsur ini. Pendengaran merupakan hal utama karena meskipun seseorang itu buta namun kalau telinganya berfungsi tidak akan menjadi penghalang untuk mendapatkan informasi. Dimulai dari mendengar, diperkuat dengan melihat dan diapahami serta diresapi dengan hati, maka jadilah sebuah pengetahuan yang akan mengubah pola pikir dan cara pandang orang itu.

Demikian juga halnya pada bayi, meski yang berfungsi utama pada kondisinya itu hanya baru pendengaran dan penglihatannya. Ini perlu diantisipasi sejak dini untuk memproteksinya dari mendengar dan melihat sesuatu yang tidak layak baginya. Oleh karena itu, bagi setiap bayi yang dilahirkan sudah harus diperdengarkan kata-kata mulia dan pokok seperti pada bacaan-bacaan adzan dan iqamah. Ini tidak hanya memperkenalkan bayi pada bacaan-bacaan mulia saja, tapi lebih jauh dari itu sebagai antisipasi dan tekad dari orang tuanya untuk selalu memastikan, bahwa yang didengar dan dilihat adalah sesuatu yang membawa manfaat. Karena perkembangan dan pertumbuhan pola pikir, mental dan kepribadiannya sangat dipengaruhi dari apa yang dia ketahui dari proses mendengar, melihat untuk kemudian memahaminya.

Demikianlah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari hadirnya seorang bayi ditengah keluarga kita. Banyak yang masih bisa kita petik hikmah darinya. Namun untuk mengakhiri tulisan ini, mari renungkan firman Allah dalam QS. Annisa :9 yang menyatakan bahwa "hendaklah takut orang-orang yang seandainya meninggalkan keturunan mereka yang lemah dan merasa khawatir dengan mereka. Karena itu hendaklah bertaqwa kepada Allah dan selalu mengucap perkataan yang benar lagi tepat". Dalam ayat ini ditegaskan, bahwa keturunan yang lemah bisa dihindari dengan jalan taqwa. Taqwa yang sebenarnya akan menghantarkan seseorang meraih jalan yang lurus dan ideal, termasuk jaminan terhindar dari memiliki keturunan yang lemah dan tidak berkualitas (baca: bermanfaat bagi sesama).

0 komentar:

Posting Komentar