Senin, 06 September 2010

Keberpasangan (Jodoh) 2

Subhananllah.. Demikian memang yang bisa diucapkan kalau sudah berbicara tentang jodoh. Jodoh -sekali lagi- tidak berformula sebagai idealisme kita juga tidak bisa dirasionalisasi. Jodoh adalah sesuatu yang PAS dan berkesesuaian dengan pribadi kita.

Banyak sahabat yang memiliki jalan beragam dan unik dalam menemukan belahan jiwanya itu. Dari yang sangat mudah hingga yang sangat berliku dan panjang, dari cara yang sederhana dan tidak diduga hingga ada yang prustasi sehingga "banting harga" dan beragam cara unik lainnya yang Dia kreasi secara berbeda bagi setiap hamba-Nya.

Berikut ini adalah sepenggal kisah anak manusia dalam upaya memaparkan rencana-Nya yang terkait dengan perjalanan panjangnya menemukan belahan jiwanya..
Dia terlahir dari keluarga yang religius. Dari lahir hingga besar berada pada lingkungan yang semakin mengokohkan jiwa dan prinsip keagamaannya. Ada satu kondisi yang dia tidak manfaatkan lazimnya remaja dan pemuda seusianya. Nongkrong, pacaran, clubbing, ngetrek, nonton dibioskop dan sejenisnyalah.. hingga satu saat dimana ia sudah merasa perlu dan butuh untuk memiliki pasangan hidupnya, dia mulai agak kesulitan dari mana mulainya karena dia tidak banyak memiliki refrensi kawan perempuannya.

Berfikirlah dia untuk mulai menjalin sosialisasi yang lebih luas sambil berharap semoga bisa menemukannya seiring dengan berjalannya waktu. Tibalah dia pada pelajaran pertama saat seorang kawan beruasaha ingin mempertemukan dengan seorang gadis. Perempuan yang sebaya dengannya, satu profesi penganbdian, berasal dari keluarga yang harmonis. Tapi.. entahlah apa ini yang disebut naif, katro atau apalah.. sang perjaka tak bersambut aktif padahal hati kecilnya bilang " sepertinya yang ini ndak masalah ". Mungkin sang perjaka masih belum "panas" untuk bergaul dengan lawan jenisnya apalagi kalau udah bicara rencana berumah tangga. Hingga suatu saat- setelah berselang sekian lama- ada keberanian yang timbul untuk mengungkapkan perasaan yang ada dan berupaya menindaklanjut informasi kawannya itu. Namun siapa nyangka kalau sang gadis baru saja didatengi lelaki lain yang sudah siap untuk menikahinya. Apa yang terjadi.. sebuah kondisi yang tidak siap dia alami karena belum memiliki kesiapan mental yang cukup sampai menelantarkan hak-hak tubuhnya. Dalam kegelisahan dan kegamangannya dia berusaha untuk menenagkan diri dan berusaha mencari hikmah dibalik semua itu.

Pelajaran kedua terjadi disaat berupaya untuk melupakan dan mengubur kejadian itu, dengan mengirimkan sebuah surat pernyataan keseriusan pada seorang wanita masih dengan profesi yang sama, kepribadian yang bersahaja dan dari keluarga yang sangat sederhana. Tapi siapa yang bisa menduga kalau kejadian pertama nyaris terulang kembali.. ternyata sang gadis pun baru saja didatengi oleh sang lelaki yang siap menikahinya. Ohh,, pelajaran yang sangat mirip dalam jangka waktu yang tidak lama. Kondisi ini membuat dirinya seperti kejadian pertama namun sudah lebih "tahan" karena pernah mengalaminya.

Pelajaran ketiga pun dimulai dengan semangat hijrah memperbaiki keadaan. Tersebutlah seorang wanita yang menurut informasinya adalah seorang yang perfect. Berwajah ayu, tubuh semampai, prilaku yang istiqomah pada nilai-nilai luhur. Tapi data itu dia dapet melalui dengar bukan karena dia sudah tahu. Mulailah perkenalan terjadi dibantu seorang kawan untuk menjadi penghubungnya. Komunikasi pun terjadi meski hanya melalui sms. Saat keduanya sudah mulai menjalin asa, terciumlah gelagat hubungan ini oleh kakak sang perempuan yang berprofesi sebagai seorang polisi. Sang kakak berasumsi bahwa hubungan itu tidak layak diteruskan karena menurut pandangannya sudah ada yang salah diawalnya. Keduanyapun akhirnya tanpa ada keputusan mengakhiri komunikasi tanpa ada kejelasan. Upaya untuk mempertemukannyapun dilakukan namun tida pernah terlihat titik terangnya sehingga hubungan itupun kandas begitu saja. Lagi... lagi dan lagi kejadian gagal menjalin hubungan dengan seorang wanita.

Entahlah apa yang ada dalam pikiran sang perjaka. Tapi dari tingkah dan ucapannya dia pernah membawa-bawa nama Tuhan dengan melontarkan pertanyaan " Apa si yang Tuhan mau untuk saya? ", '" Ko engga tega-teganya Dia memberikan pelajaran seperti ini berturut-turut dan berkali-kali ? ", " mao sampe berapa kali Dia akan memberi ujian seperti ini lagi..?. Demikian nada protes dan pertanyaan yang menohok yang dikhitabkan kepada Tuhannya.

Sambil merenung, dia berupaya memahami mungkin harus mencari sosok perempuan dari kepribadian yang berbeda yang tidak se profesi. Pelajaran yang keempat pun datang. Dia ditawari oleh sang guru seorang perempuan -masih familinya- yang berbeda profesi, latar belakang keluarga juga pendidikannya. Terjadilah pertemuan keduanya. Obrolan panjang lebar pun terjadi, namun chemistry belum terasa terutama bagi sang perjaka. Entah apa lagi yang dia rasakan dalam hatinya sehingga belum mempunyai rasa dengan wanita itu.. ternyata hanya kekurangpercayaan dirinya karena sang wanita tampak sangat dewasa. Dia cuma merasa khawatir tidak bisa menjadi imam yang baik karena sang wanita tampil lebih dewasa. Sudah bisa menerka kan apa yang terjadi? Ya... hubungan itu pun tak berlanjut dengan kondisi yang membuat semua pihak jadi merasa bersalah.

Sang perjaka tak henti-hentinya menganalisa kejadian-demi kejadian yang dialaminya. Masih tetap mempertanyakan Tuhannya, dia pun kembali ubah orientasi dan cara berpijaknya. Dia lebih mendekatkan dirinya pada Tuhannya, istikharah pun dilakukan. Dalam upaya beristikharah itu, dia merasa ada sosok seorang perempuan  yang begitu kuat yang terbayang dalam hati dan pikirannya. Dia pun mulai menganggap bahwa mungkin wanita ini adalah yang Tuhan ciptakan untuknya. Tapi dia merasa begitu tidak percayanya, karena wanita tersebut tak lain adalah siswi didiknya. Semua pikiran yang menghadanyanya pun ditepisnya dengan dalih ini yang ditentukan Tuhan untuknya. Seorang wanita yatim dengan postur tubuh agak bongsor, berkepribadian pendiam, keras bahkan sulit ditebak jalan pikirannya. Dia berasal dari keluarga sangat sederhana tinggal bersama seorang ibu, adik dan beberapa kakak yang berasal dari lain ayah. Maju.. demikian tindakan yang dia lakukan untuk mendapatkannya. Datanglah dia menemui ibunya untuk memohon restu agar dizinkan menjalin hubungan dengan anaknya. Meski ada sifat terkejut tapi sang ibu berusaha memahami maksud baik sang perjaka sehingga restupun diperolehnya. Berlanjutlah dia pada bagaimana menyampaikan maksud kepada wanita itu yang notabenenya sebagi murid. Niatpun disampaikan, reaksi kaget tak percaya dirasakan oleh sang wanita. Tapi dari awal reaksi dan pernyataannyapun tidak memberikan jawaban yang diharapkan sang perjaka. Dia tetap berusaha untuk mendapatkannya. Langkah ekstrimpun dilakukan dengan melamarnya dan mengikatnya dengan sebuah cincin. Namun bukan kedekatan dan keakraban yang terjadi, malah konflik dan masalah yang datang bertubi-tubi. Sang wanita tidak merasa nyaman kalau masa remajanya dikungkung dengan sebuah ikatan. Upaya pun dilakukan agar meredam problema yang timbul setelah proses  lamaran itu dengan tujuan menjaga nama baik keluarga masing-masing. Namun semakin lama semakin tidak jelas bahkan saat memasuki masa kelulusannya pun belum ada jawaban pasti yang diberikannya. Sang perjaka habis sudah terkuras tenaga, pikirannya karena menunggu sesuatu yang tidak pasti. Hubunganpun putus...

Dalam pada itu, lagi-lagi dia mempertanyakan secara keras bahwa " Tuhan maunya apa si, sampai istikarah yang menjadi syariat-Nya pun tidak menjamin keberhasilan dalam menemukan pasangan hidupnya..". sebuah keadaan yang bisa dibilang membuat sang perjaka kehilangan gairah untuk menjalin hubungan dengan perempuan. Diapun akhirnya hanya pasrah sambil berharap semoga Tuhan mau berbelas kasih.

Pelajaran selanjutnya pun terjadi. Setelah tidak berlanjut dengan sang murid, ada bagian dari keluarga menginformasikan tentang seorang wanita yang sedang mencari pendamping hidup. Proses perkenalanpun terjadi. Namun hanya berselang dua hari disaat sang pria ingin mengkonfirmasi, sang wanitapun memberi khabar bahwa ada seorang lelaki yang pernah datang melakukan taaruf dengannya dan esoknya berencana untuk melamarnya. Perasaan sedih dan terpukul kembali menghantam hati dan jiwa sang perjaka. Dia berfikir sampai kondisi pasrah pun masih salah dalam  mencari pasangan.

Dengan kondisi yang sangat tidak menentu, datanglah seorang pemuka yang ingin menawarkan seorang wanita yang menurutnya memiliki kafaah dari sisi pendidikannya. Singkat cerita, terjadilah komunikasi. Kedua belah pihak keluargapun tak ada yang tidak menyetujui hubungan itu. Tapi dibalik kebahagiaan dua keluarga itu ada masalah krusial yang menghadang... yaitu bahwa sang wanita dengan alasan yang tak jelas tidak bisa menerima maksud dan tujuan sang perjaka. Sehingga komunikasipun tak berlanjut masih dengan meninggalkan kesan merasa bersalah bagi masing-masing keluarga.

Usia mulai masuk kepala tiga... ekspektasi dan obsesi melewat jauh.. tapi masih tetap ada asa untuk kembali menemukan siapa sebetulnya wanita yang betul-betuldiciptakan Tuhan untuknya. Biarlah asa berjalan seiring berputarnya waktu. Hingga suatu waktu, ada seorang sahabat yang berusaha merekayasa fakta dan berita bahwa sang perjaka ingin melamar anak dari salah seorang keluarga sahabat itu. Tak ayal lagi, informasi rekayasa itu langsung disampaikan kepada yang terkait, dan tanpa panjang cerita, sang wanita yang menjadi Korban Informasi itu berhusnudzon dengan menerima perjaka itu. Sang perjaka hanya geleng kepala, ko bisa terjadi keadaan seperti itu.

Akhirnya hubungan antara sang perjaka dengan siwanita pun berlangsung, bahkan pembicaraanpu menjurus ke hal-hal yang lebih serius dan endingnya mereka menetukan hari kebahagiaan mereka dengan situasi yang sebetulnya menimbulkan banyak tanda tanya. Ko bisa si?

Demikian sepenggal kisah kehidupan seorang anak manusia yang bergelut dengan pemikiran, kenyataan hidup, namun tetap melibatkan Tuhannya dalam mencari dan menemukan pasangan hidupnya, belahan jiwanya yang akan berbagi dalam suasana senang dan susah. Tuhan memang sangat kaya dengan cara-Nya mempertemukan dua lawa jenis yang ingin bersatu dalam kebersaman dengan naungan ridho dan rahmat-Nya. Subhanallah, DiaYang Maha Memberi Pelajaran bagi setiap hamba-Nya yang mau berfikir.