Kamis, 25 Oktober 2012

Tugas Ibadah untuk Kelas VIII SMP ALBESD

By : Rijal Muhammad

Jawablah pertanyaan berikut kemudian masukkan setiap jawaban kedalam slide power point.

1. Arti puasa menurut bahasa dan istilah
2. Sebutkan rukun-rukun puasa
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam puasa wajib
4. Sebutkan dan jelaskan syarat wajib puasa
5. Sebutkan dan jelaskan syarat sah puasa
6. Sebutkan hal-hal yang membatalkan puasa
7. Sebutkan beberapa ayat dan surat tentang puasa wajib
8. Sebutkan beberapa hal yang menyebabkan seorang melakukan puasa kifarat

Masing-masing dari pertanyaan tersebut kamu cari jawabannya dan masukkan jawaban tersebut kedalam power point. Setiap satu soal satu slide sehingga keseluruhannya ada 8 slide.

Untuk melengkapi jawaban silahkan cari sumber jawaban dari internet dan buku manapun. Buatlah sebaik-baiknya. Hasil karya siswa yang terbaik akan dipresentasikan dikelas.

Untuk penilaian, jika kamu kirim jawabannya malam ini hingga pukul 24.00 maka jika benar akan dapat nilai 100. Jika hingga pukul 24.00 besoknya maka nilai akan berkurang 10 point dan seterusnya. Batas terakhir pengiriman hingga minggu malam.

Selamat mengerjakan... salam sukses




Nb. Kirim jawabannya ke al_chiner29@yahoo.com
jangan lupa cantumkan nama dan kelas..

Jumat, 05 Oktober 2012

Seberapa MUNAFIK kah kita?

By : Rijal Muhammad

Judul tulisan ini memang agak menuduh Anda -termasuk Saya-, seolah sifat tersebut telah mengikat kita sehingga siapapun tidak bisa terlepas darinya. Besar atau kecil, sering atau jarang, dilakukan dengan penuh "penjiwaan" atau hanya sebatas berpura-pura atau acting, paling tidak kualitas inilah yang membedakan kita dengan yang lain terkait dengan pengamalan sifat munafik tersebut.

Dari segi etimologi, kata munafik itu seakar dengan kata yang berarti terowongan, dan dari akarnya, lahir kata nafiqa, yaitu sejenis tikus. Ini karena biasanya tikus bersembunyi dalam terowongan. Ia memiliki dua jalan masuk dan keluar, yaitu mulut terowongan yang ada pada dua ujungnya. Apabila ditemukan pada mulut terowongan ini, ia bersembunyi dan lari ke arah mulut terowongan yang itu. Perumpamaan kebahasaan ini memang menggambarkan keadaan orang munafik yang memiliki paham dualisme. Jika tidak A maka B, jika ucapannya C saat ini maka bisa jadi D esok hari, tergantung kapan dibutuhkannya sifat tersebut untuk mencari kenyamanannya dalam bertindak. Karena itu, dalam keseharian orang munafik disebut seperti orang memiliki 2 muka. Kalau dalam Agama, munafik adalah seseorang yang menampakkan keimanan padahal hatinya tidak beriman.

Untuk mengetahui atau mengecek seberapa munafik kita, cobalah dijawab dengan jujur beberapa pertanyaan berikut yang dinuqil dari beberapa ayat al-Qur'an, Hadits Nabi juga beberapa keterangan para ulama. Diantaranya ;

1. Apakah Anda suka berbohong?

2. Apakah Anda sering berjanji pada seseorang untuk dilakukan atau diselesaikan tapi akhirnya malah tidak dikerjakan?

3. Apakah Anda jika diberi amanah untuk dilaksanakan kemudian tidak terlalu peduli untuk melaksanakannya?

4. Apakah Anda malas untuk melakukan shalat terutama jika sendiri?

5. Apakah Anda berat untuk melakukan shalat isya dan subuh?

6. Apakah Anda saat shalat, sedekah atau ibadah lainnya masih perlu untuk dikomentari oleh orang rain?

7. Apakah jika Anda melakukan ibadah, akan lebih semangat jika dilihat atau berada ditengah-tengah orang lain?

8. Apakah Anda jarang berdzikir, mengingat kebesaran Allah apalagi saat malam hari?

9. Apakah jika Anda memusuhi saudara se-Muslim kemudian tega untuk melakukan aneka kedzoliman dan kedurhakaan padanya?

10. Apakah Anda jika ingin melakukan sesuatu membiasakan diri dengan bersumpah?

11. Apakah Anda merasa berat jika mengeluarkan infaq atau sedekah?

12. Apakah saat mendengar ayat-ayat Allah atau Hadits Rasul-Nya Anda meremehkan atau bahkan memperolok-oloknya?

13. Apakah Anda merasa tidak memiliki keteguhan antara zahir dan bathin Anda sehingga merasa seperti terombang-ambing?

14. Apakah Anda senang jika melihat saudara atau tetangga atau teman yang sedang mendapatkan musibah?

15. Apakah Anda tidak ragu untuk memerintahkan kemunkaran dan melarang kebaikan?

16. Apakah Anda tidak merasa bersalah atau berdosa saat melakukan keburukan atau larangan?

Jika jawaban Anda "Ya" pada semua pertanyaan-pertanyaan diatas maka Anda betul-betul mengidap sifat munafik tersebut. Jika Anda hanya menjawab "Ya" pada sebagian pertanyaan dan "tidak" pada sebagian yang lain, maka sejujurnya sifat munafik itu tetap ada meski kadar untuk setiap orang berbeda. Inilah yang saya maksud dengan judul tulisan ini.

Sebagian ulama, seperti Ibnu Katsir misalnya, membagi sifat munafik ini menjadi 2 bagian. Ada yang sifatnya I'tiqadiy yaitu, kemunafikan yang terkait dengan masalah aqidah dan keimanan. Dia mengaku beriman padahal sebetulnya tidak. Dan prilakunya pun tidak mencerminkan bahwa dia sebagai orang yang beriman. Andai melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang yang betul-betul beriman pun, hanyalah sebuah kamuflase untuk mengelabui yang lain bahwa dia pun sebetulnya berada pada golongan mereka. Golongan munafik yang seperti inilah yang akan dipersiapkan oleh Allah singgasana Jahannam seperti yang dinyatakan oleh beberapa ayat dalam al-Qur'an.

Ada juga sifat munafik yang disebut Amaliy, yaitu kemunafikan yang terjadi pada tataran perbuatan seperti berbohong, riya, menyalahi janji, sumpah palsu dan lain-lain. Pada tingkatan ini, rasanya banyak orang yang dihinggapi sifat ini. Namun demikian, Ulama tersebut tidak mengkalim yang melakukan kemunafikan pada tingkatan ini akan masuk ke singgasana Jahannam karena Allah masih memberikan kesempatan pada orang-orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya dengan taubat.

Tapi apapun jenisnya, kemunafikan itu merupakan penyakit kejiwaan yang salah, tidak sehat bahkan bodoh. Salah karena memang semua tindakan orang yang munafik itu tidak akan dibenarkan oleh siapapun dan dengan logika apapun. Tidak sehat karena memang kemunafikan itu akan mengantarkan orang pada "sakit" yang bisa menggerogoti kejiwaannya dari mulai ragu-ragu, bimbang hingga penipuan yang bisa mencelakakan diri dan jiwa pelakunya. Sedangkan bodoh, sebenarnya, orang yang munafik itu baik sadar atau tidak sadar sedang melakukan penipuan baik pada dirinya maupun pada Tuhannya. Sayangnya, yang terjadi bukan dia yang menipu atau mempermainkan Tuhannya, justru Dialah yang mempermainkannya. Ketidaktahuannya inilah yang membuatnya bodoh karena sebenarya Tuhannya Maha Melihat segala yang dia ucapkan dan lakukan.

Dari segi keberadaannya, orang munafik -terutama pada tingkatan i'tiqadiy- akan menjadi lebih berbahaya, karena ia seperti penyelinap atau musuh yang berkumpul bersama dengan orang-orang yang normal pada umumnya. Dia diibaratkan seperti musuh dalam selimut, yang sewaktu-waktu bisa menyerang (baca: mempengaruhi) orang sekitarnya supaya bisa ikut bersamanya.

Ingatlah, bahwa dalam Agama albasyar atau manusia itu hanyalah ada mu'min, kafir dan munafik. Allah hanyalah menetapkan sunnah-sunnah, petunjuk-Nya pada orang yang beriman. Orang-orang kafir juga yang munafik adalah yang telah keluar dari koridor petunjuk-Nya sehingga adzab serta konsekwensi perbuatannya akan dibalas dihari pembalasan nanti. Pantaslah bahwa Allah menyatakan akan menghimpun orang munafik dan kafir dalam satu singgasana neraka-Nya. Wal iyadzu billah.