Sabtu, 15 September 2012

Mengapa al-Qur'an berBAHASA ARAB

By : Rijal Muhammad

Al-qur'an adalah kalam Allah. Al-qur'an Allah turunkan sebagai pelengkap dan penyempurna kitab-kitab sebelumnya yang menjadi tuntunan dan petunjuk bagi kita dalam menjalani proses kehidupan dunia ini menuju kehidupan nan kekal abadi yaitu alam akhirat. Sebagai kitab suci yang memiliki predikat pelengkap dan petunjuk, tentunya kitab ini akan memiliki keistimewaan dan keutamaan yang bisa kita lihat dari banyak sudut pandang. Substansinya sudah pasti tidak ada keraguan karena berasal dari Allah SWT termasuk juga hal-hal pendukungnya salah satunya yaitu bahasa. Al-qur'an sudah kita maklum menggunakan bahasa Arab. Nah pertanyaannya adalah apa istimewanya Bahasa tersebut sehingga Allah memilih dan menentukan kalam-kalamnya tertuang menggunakan bahasa itu.

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang keutamaan bahasa Arab sebagai bahasa Al-qur'an, ada sebuah certa yang bisa jadi pelengkap dari tulisan ini. Berasal dari kisah seorang sahabat yang mendapat pelajaran dan informasi dari seorang kakek yang tampak awet muda. Saat sahabat ini telah memberikan sebuah ceramah, kemudian ia beserta jamaah atau hadirin yang ada untuk menikmati hidangan makan yang telah disiapkan. Saat memberikan ceramah sahabat ini sempat menyampaikan keluhan kesehatan yang dialaminya hingga memaksanya untuk melakukan diet ketat diusianya yang belum sampai 40 tahun. Karena itu, pada saat mencicipi hidangan, yang diambil oleh sahabat ini hanyalah sayur serta buah-buahan, karena hanya itu yang diperkenankan untuk disantap. Disaat mengantri untuk mengambil makanan, tiba-tiba sahabat ini melihat salah seorang kakek yang mengambil makanan sangat lengkap tanpa ada yang ditinggalkan. Melihat pola makan sang kakek, sahabat ini terperanjak sambil bertanya dalam hati tidakkah akan berpengaruh pada kesehatan kakek tersebut. Saat makan, sang sahabat bertanya langsung pada kakek tentang pola makannya apakah tidak berpengaruh dengan kesehatannya. Setelah mengawali dengan pertanyaan-pertanyaan lain, tibalah kakek itu menjawab bahwa Allah telah memberinya kesehatan hingga umur mencapai kepala delapan dan tidak memiliki gangguan kesehatan apapun alasannya karena ia selalu membiasakan membaca "dari kanan ke kiri" yaitu sering membaca al-Qur'an.

Cerita ini memang tidak serta merta berkaitan langsung dengan judul tulisan ini. Tapi menarik mendengar jawaban sang kakek tentang pengaruh membiasakan membaca dari kanan ke kiri atau rajin membaca al-Qur'an dengan kesehatan pembacanya. Meski jawaban sang kakek bisa dilakukan penelitian lebih jauh, tapi paling tidak dari al-Qur'an setiap orang bisa mengambil manfaat dan hikmah yang bisa diraih. Sebab al-Qur'an ibarat mutiara yang tidak pernah ada habis-habisnya meskipun dicari berkali-kali oleh siapapun dan sampai kapanpun.

Kembali kejudul tulisan ini, apa istimewanya bahasa Arab sehingga Allah memilih bahasa ini sebagai media pengejawantahan kalam-kalam-Nya. Memang dalam sebuah firman-Nya bahwa al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab supaya kamu berfikir (QS. Yusuf :2). Pernyataan terakhir ini yang perlu digaris bawahi bahwa tujuannya menggunakan bahasa itu agar kita semua berfikir. Berfikir dalam hal apanya? Banyak hal. Memang kesan penulis tentang bahasa yang satu ini setelah mempelajarinya sekian waktu tersimpul bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat unik, luar biasa termasuk juga sangat kompleks. Ada yang bilang, siapa yang mampu mempelajari bahasa ini dengan baik maka dia adalah orang yang sangat cerdas.

Berikut ini beberapa ciri sekaligus spesifikasi bahasa Arab yang bisa jadi ini menjadi alasan kenapa bahasa ini dipilih sebagai bahasa al-Qur'an.

1. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak kosakatanya. Sementara pakar bahasa ada yang berpendapat bahwa terdapat 25 juta kosa kata pada bahasa tersebut. Kita bisa membayangkan jika kosa kata pada suatu bahasa sangat terbatas apalagi digunakan untuk menjelaskan kita suci akan menjadi sebuah hambatan yang pasti.

Contoh yang menunjukkan kekayaan kosakata bahasa tersebut adalah kata العجوزyang memiliki padanan arti hingga 60 kata yang sangat membutuhkan ketelitian pada saat menerjemahkan kata tersebut dengan melihat konteksnya. Juga bisa dilihat pada nama-nama unta yang diberikan. Ada yang mendasarinya pada umur unta, ada yang mendasarinya pada warnanya juga pada jumlah perkumpulan binatang tersebut. Misalnya jumlah unta antara 3 sampai 10 disebut الذود jika berjumlah antara 15 hingga 25 disebut الرسل jika berjumlah antara 50 hingga 100 disebut العكرة demikian dengan jumlah lainnya yang berbeda penamaannya. Jika warna unta sangatlah putih maka disebut الأدم jika ekornya bercampur warna putih atau lainnya maka disebut الأشعل begitu seterusnya pada unta yang memiliki spesifikasi warna pada bagian tertentu dari tubuhnya. Dari segi umur jika anak unta berumur 7-8 bulan maka disebut أفيل jika telah berumur 1 tahun disebut فصيل dan jika berumur 1 tahun kemudian sudah disapih atau berhenti menyusu maka disebut فطيم begitulah selanjutnya pada kemungkinan-kemungkinan lain dimana setiap kemungkinan itu ada nama yang berbeda.

2. Bahasa Arab merupakan bahasa yang unik sekaligus rumit. Keunikan tersebut bisa dilihat dari susunan katanya, dimana biasanya kata dasar tersebut terdiri dari tiga huruf dan yang membuatnya unik namun mengandung falsafah bahasa -seperti menurut pakar bahasa Ibnu Jinny- adalah karena setiap perubahan katanya akan membentuk arti tersendiri namun memiliki keterkaitan makna dengan kata dasarnya meskipun huruf tersebut dibelakangkan atau didahulukan.

Misalnya, kata قال yang asalnya قول memang sering diartikan berkata, namun mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Kemudian jika diubah menjadi وقل akan berarti mengankat satu kaki dan "menjejegkan" kaki yang lain kebumi. Makna inipun menunjukkan adanya suatu gerak. Selanjutnya jika diubah menjadi لقو maka memiliki arti angin yang menimpa seseorang dan menggerakkan wajahnya. Setiap perubahan yang terjadi akan memiliki makna dasar dari semua perubahan yang terjadi. Perhatikan juga kata مقاول yang berarti kontraktor. Bukankah orang yang membangun harus melakukan gerakan. Kata الوَقِلُ berarti kuda yang jago menanjak. Bukankah itu memerlukan sebuah gerakan bahkan gerakan yang dahsyat. Kata الوَقَلُ berarti batu yang digunakan untuk menuju keatas. Maka yang demikianpun pasti butuh sebuah gerakan yang cukup untuk melakukannya.

Kita juga bisa melihat kata دَيْن yang berarti hutang, kemudian دِيْن yang berarti agama atau دان yang berarti menghukum. Semuanya berasal dari rumpun kata dasar yang sama namun berbeda arti dan penggunaannya. Namun dibalik perbedaan tersebut akan ketemu jika dikembalikan kepada makna dasarnya yaitu keterlibatan 2 pihak dimana pihak pertama lebih atas dan pihak lainnya menjadi bawahnya. Kata "hutang" misalnya, pihak yang berhutang lebih bawah dari yang berpiutang. Kata "agama" juga demikian. Bukankah dalam beragama ada Tuhan sebagai pihak teratas dan kita sebagai hamba sebagai pihak bawah yang memiliki keterkaitan dan hubungan denga-Nya melaui peribadatan. Juga kata "hukum", ada yang menghukum ada yang terhukum. Keduanya menempati posisi berbeda namun memiliki keterkaitan atau hubungan terhadap perkara apa yang mereka hadapi.

3. Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki struktur bahasa yang sangat rasional, teliti, sistematis tetapi juga cukup rumit.

Unsur rasionalnya misalnya bisa kita lihat kenapa untuk menunjuk kepada pelaku selalu marfu (dibaca u/un) sedangkan untuk objek atau penderita selalu manshub (dibaca a/an), alasannya yakni karena bunyi "u/un" itu lebih berat dibanding bunyi "a/an". Apa kaitanya, biasanya dalam sebuah kalimat satu pelaku melakukan beberapa objek sehingga tujuannya adalah memilih yang banyak untuk bunyi yang lebih mudah.

Dari unsur ketelitian atau keseksamaan misalnya, bisa kita lihat pada kata الحمد لله dimana Allah mengajarkan banyak hal hanya pada 2 kata tersebut. Misalnya arti kata ini merupakan segala puji milik Allah padahal kata yang dibentuk berasal dari isim mufrad (singular), ini berasal dari huruf "al" yang dalam ilmu balaghahnya berfungsi "lil isthigrak" atau menyatakan keseluruhan. Kemudian dari susunan katanya berbentuk jumlah ismiyah (jumlah yang berasal dari kata benda) lawannya jumlah fi'liyah (kata kerja) padahal sejatinya kata alhamdu lillah ini adalah bentuk perintah, kalau perintah maka terkait dengan zaman/waktu maka yang lebih tepat sebetulnya terbentuk dari kata jumlah fi'liyah. Alasannya adalah kalau dibentuk dengan jumlah ismiyah maka zaman/waktu yang terkandung pada kata tersebut tidak dibatasi oleh waktu sehingga maksudnya adalah memuji Allah tidak terbatas dengan waktu kapan saja dan dilakukan terus menerus. Dari segi pemilihan kata, kata "alhamdu" yang berarti pujian memiliki padanan kata yang lain yaitu "almadhu". Mengapa alhamdu yang dipilih sebab pujian yang berasal dari kata ini disampaikan untuk yang berakal dan disampaikan atau diteladani secara aktif sedangkan almadhu tidak. Yang tidak kalah penting adalah pengajaran Allah tentang sebuah pujian yang tidak bertele-tele dengan hanya menggunakan dua kata, bisa dibayangkan jika tidak diajarkan berapa banyak rangkaian kata yang harus dibuat untuk memuji Allah.

Lihat juga misalnya tentang ketelitian yang harus diperhatikan bagi orang yang berbicara bahasa Arab, contoh : لاَ تَأكُلِ الّسَمَكَ وَتَشرَب الّلَبَنَ pada kalimat "تشرب" jika Anda membacanya dengan baris dhammah (baca : tasyrabu) maka artinya Anda tidak boleh makan ikan namun bisa minum susu. Jika Anda membaca dengan kasrah (baca: tasyrabi) maka artinya Anda tidak boleh makan ikan dan tidak boleh minum susu. Namun jika Anda membaca dengan baris fathah (baca : tasyraba) maka artinya Anda jangan makan ikan berbarengan dengan minum susu. Perubahan makna ini terjadi karena tergantung konteks penggunaan huruf "و" sebelum kata tersebut.

Sedangkan sistematisnya bahasa Arab bisa kita lihat saat satu kata kemasukan oleh dhomir tertentu maka dia hanya akan berubah sesuai domir yang masuk itu. Misalnya kalau ada dhomir هو saat bertemu dengan kata "يضرب" maka akan dibaca "يَضْرِبُ" sedangkan jika dhomirnya هما maka pasti akan berubah menjadi يَضْرِبَانِ begitulah seterusnya.

4. Bahasa Arab bisa dibilang sebagai bahasa tersulit didunia karena setiap orang yang memahaminya pun akan terasa berbeda pengaplikasiannya tergantung bagaimana mereka memahami dan mendalami ilmu-ilmu dasar juga penunjangnya.

Adapun ilmu-ilmu yang menjadi dasar untuk tidak hanya mengetahui bahasa Arab dengan baik tapi juga pada tingkatan memahaminya adalah seperti :

a. Ilmu lughah. Ilmu ini membahas tentang bahasa dari mulai seluk beluknya, struktur bahasa,kaedah bahasa, lahjat, dan lain-lainnya.

b. Ilmu nahwu. Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui perubahan akhir kalimat yang terjadi disebabkan amil-amil atau faktor yang membuat perubahan itu terjadi. Misalnya ضرب زيدٌ dan ضربت زيداً. Kata "zaid" yang pertama berbeda dengan yang kedua. Perbedaan itu bukan hanya pada baris atau harakatnya namun juga pada kedudukan kata tersebut dalam jumlah. Kata zaid yang pertama sebagai fail/predikat dan kata zaid yang kedua sebagai maf'ul bihi/objek.

c. Ilmu Sharaf. Ilmu ini disebut ibunya ilmu karena berfungsi untuk mengetahui perubahan huruf yang terjadi melebihi dari perubahan baris/harakat yang terjadi pada ilmu nahwu. Misalnya dari قال menjadi يقول, قل, مقال, قائل dan seterusnya untuk membentuk kata serta arti yang berbeda.

d. Ilmu balaghah. Ilmu yang digunakan untuk menerapkan makna dari lafadz-lafaz yang ada yang sesuai dengan muqtadhal hal artinya terjadi kesesuaian antara isi yang disampaikan dengan bahasa yang dikemas kepada orang yang diajak bicara.

Misalnya ada orang sebagai lawan bicara kita yang tidak percaya dengan berita yang kita samapaikan maka saat bicara dengan orang itu harus digunakan "kata penguat" yang bisa memberikan keyakinan padanya. Dalam ilmu ini ada beberapa ilmu lagi yang terkait, seperti :

1. Ilmu ma'ani. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar atau kaidah-kaidah yang bertujuan mengetahui kondisi pembicaraan yang sesuai dengan redaksi kalimatnya.

2. Ilmu bayan. Ilmu yang mengkaji kaidah-kaidah dari suatu makna yang disampaikan dengan uslub atau gaya bahasa yang berbeda. Ilmu ini tepatnya menjelaskan tentang majaz, perumpamaan dan lainnya.

3. Ilmu badi'. Ilmu ini membahas tentang tata cara memperindah suatu ucapan baik dari aspel lafadz maupun makna.

e. Ilmu arudh dan qawafi. Ilmu arudh mempelajari wazan-wazan (formula/rumus) dalam membuat syair sedangkan qawafi hanya terbatas pada suku terakhir kata pada bait-bait syair yang dibuat.

f. Ilmu Aswat. Ilmu ini untuk mengetahui huruf-huruh hijaiyah dari segi tempat pengeluarannya (makhraj) juga pelafalannya.

Masih banyak lagi sebetulnya ilmu-ilmu yang terkait dengan bahasa Arab seperti ilmu khat tentang macam-macam penulisan dalam huruf Arab. Demikian rasanya kita bisa menyimpulkan bahwa untuk benar-benar mahir dalam bahasa Arab, seseorang perlu menggunakan waktu lebih lama dibanding dengan bahasa lainnya. Kiranya sudah bisa tergambar rasanya firman Allah yang menyatakan bahwa al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab agar kita berfikir. Berfikir tentang alasan kenapa bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur'an. Berfikir juga tentang kehebatan bahasa ini dengan bahasa lain yang ada didunia. Ini mungkin sebagian sisi ilmiah yang bisa dipaparkan tentang ke"unikan" bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur'an.

Ada jawaban lain juga yang bisa kita sampaikan disini kenapa al-Qur'an berbahasa Arab yaitu seperti yang bisa kita baca pada QS. Ibrahim :4 bahwa Allah SWT mengutus suatu seorang rasul bagi suatu kaum dengan menggunakan bahasa kaum mereka sendiri. Maka sudah menjadi konsekwensi logis kalau bahasa Muhammad SAW adalah bahasa Arab karena ia diutus di negeri Arab. Namun ditengah-tengah waktu diturunkannya al-Qur'an, ada saja pembangkang yang mengusulkan agar al-Qur'an tidak berbahasa Arab, maka turunlah ayat QS. Fushilat :44 yang menyatakan seandainya al-Qur'an tidak menggunakan bahasa Arab, niscaya mereka akan berkata mengapa ayat-ayat itu tidak diperinci dengan bahasa yang kami paham. Artinya mau berbahasa Arab ataupun bahasa ajam, mereka tetap mencari-cari alasan untuk tidak beriman kepada al-Qur'an.

Sebagai uraian penutup, ada riwayat Hadits yang menyatakan bahwa ada 5 Nabi yang semasa hidupnya menggunakan bahasa Arab, yaitu, nabi Hud, Shalih, Syua'ib, Isma'il dan Muhammad SAW. Adapun nabi Adam seandainya bahasa di syurga adalah bahasa Arab niscaya ia pun menggunakan bahasa yang sama. Wallahu a'alamu.

Semoga mempelajari bahasa Arab akan mengantarkan kita lebih mudah memahami dan mengkaji al-Qur'an.

Minggu, 09 September 2012

Shalat Jum'at, Antara Kewajiban dan RITUAL MINGGUAN

By : Rijal Muhammad

Terus terang, saat menulis artikel ini sebelumnya terinspirasi oleh kegiatan shalat jum'at yang -menurut penulis- sangat tidak membawa manfaat atau efek dari pelaksanaan shalat tersebut secara khusyu' dan maksimal. Anda bisa membayangkan jika saat menghadiri shalat jum'at kemudian menjumpai banyak kendala dari mulai penyediaan peralatan, teknis pelaksanaan hingga tokoh terpenting dari pelaksanaan shalat jum'at tersebut yaitu sang khatib. Saat itu memang terjadi kendala berupa kecilnya suara yang keluar dari sound yang disiapkan. Suara anak-anak yang tidak terkontrol sampai suara khatib yang sangat pelan dengan nada yang sangat lambat sehingga nyaris ketika itu suara berisik jauh lebih dominan daripada suara khatib yang menyampaikan materi khutbahnya. Dalam hati penulis bergumam, kegiatan ini nyaris seperti ritual mingguan yang efeknya tidak banyak berpengaruh bagi jamaah jum'at yang mengikutinya.