Kamis, 21 Februari 2013

Tentang UANG

By : Rijal Muhammad

Kata banyak orang, uang memang bukan segalanya. Tapi tanpa uang pun segalanya tak akan terjadi dengan mudah. Uang memang menjadi pusat pencarian semua orang. Hampir bisa dipastikan bahwa semua aktifitas yang dilakukan setiap orang setiap harinya, bisa bermuara kepada pencarian benda tersebut. Kondisi atau keadaan seperti inilah yang barangkali telah diantisipasi oleh Allah SWT terkait dengan sikap manusia dalam melakukan ikhtiar mencari uang bagi pemenuhan kehidupannya.

Bentuk antisipasi yang bisa dikemukakan disini misalnya, Allah menentukan ayat yang terpanjang dalam al-Qur'an adalah ayat 282 surat al-Baqarah. Ayat tersebut adalah rincian atau pedoman bagi kita tentang segala bentuk dan jenis hutang piutang. Itu semua tentang uang. Selain itu, kajian yang paling detail dalam al-Qur'an adalah tentang mawaris atau ketentuan pembagian waris bagi sebuah keluarga, yang kepala keluarganya meninggal dunia.

Ini adalah sesuatu yang beda jika melihat cara Allah swt yang menjadikan 2 hal ini, yang sangat terkait dengan harta atau uang, seolah menjadi prioritas. Lihat saja misalnya, Anda tidak akan menemukan teknis melakukan shalat yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan lengkap termasuk bacaan-bacaan dari setiap gerakannya. Anda juga tidak akan menjumpai detail dan teknis berpuasa atau bahkan khilafiah penentuan akhir ramadhan dengan rukyah atau hisab didalam al-Qur'an. Demikian juga ibadah haji dan ibadah yang lainnya.

Apakah uang lebih penting dari ibadah?.. Bukan seperti itu maksudnya. Tapi sebagaimana dijelaskan diatas bahwa ini bisa jadi antisipasi dari Allah swt untuk seluruh hamba-Nya, baik yang beriman pada-Nya maupun yang tidak, supaya mau memperhatikannya. Bukankah orang yang beriman, yang tidak beriman, yang baik, yang buruk semuanya butuh dan akan mencari uang? Pasti.. karena itulah sebagai Penciptanya, maka Dia membuat peraturan yang wajar kalau lebih terperinci dari yang lainnya.

Kalau kita mau mencari pembenaran terhadap pernyataan ini, carilah fakta bahwa adakah orang tua yang -ekstrimnya- membunuh anaknya karena meninggalkan shalatnya? atau karena anaknya tidak berpuasa?. Saya sendiri belum pernah mendapati kabar seperti itu. Tapi pernahkan Anda mendengar seseorang yang terlibat saling membunuh karena uang seribu rupiah? Itu pernah terdengar. Atau kalau tidak, jangan lihat uang seribu rupiahnya, tapi pertikaian, perkelahian, dendam, bahkan berakhir dengan pembunuhan itu sangat sering terjadi karena masalah uang. Uang sekali lagi memang hal yang sangat sensitif yang harus disikapi dengan benar dan bijak sehingga bukan uang yang mengendalikan kita namun kita yang bisa mengendalikannya.

Sebelum mengkaji tuntunan Ilahi tentang sikap kita terhada masalah uang atau harta, ada baiknya kita mempelajari dan memperhatikan penamaan uang itu dari bahasa lain terutama bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, uang itu disebut dengan beberapa kata seperti fulus (فلوس), nuqud (نقود), qursy (قرش) yang semuanya diartikan sebagai uang. Kalau kita perhatikan penamaan dengan kata-kata yang berbeda itu mengandung muatan makna-makna tertentu. Misalnya fulus, kata itu seakar dengan kata yang memiliki arti bangkrut atau pailit. Ini menegaskan bahwa orang yang berurusan dengan uang/fulus harus siap, jika suatu saat berada dalam kondisi pailit disebabkan fulus tersebut. Sedangkan nuqud itu semakna dengan kata tunai atau kontan. Penamaan ini menegaskan bahwa transaksi itu baiknya dilakukan secara tunai/kontan. Jangan terlalu sering berhutang, kalaupun hutang tidak bisa dihindarkan maka orang yang berhutang tersebut harus berfokus pada pelunasan hutang tersebut. Adapun penamaan kata qursy itu salah satu artinya adalah usaha dan upaya. Memang uang itu adalah sesuatu yang harus diupayakan atau diusahakan perolehannya. Dia bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya namun perlu tenaga dan pikiran untuk mendapatkannya. Penamaan ini menegaskan bahwa yang ingin mendapatkan uang/qursy itu adalah bagi orang-orang yang mencarinya bukan bagi yang hanya berpangku tangan atau malas.

Kalau didalam al-Qur'an, kata yang menggambarkan tentang uang adalah دينار dan درهم. Meskipun kata-kata tersebut tidak memiliki arti khusus tapi dari kata dinar bisa kita petik hikmahnya bahwa orang yang berurusan dengan uang akan mungkin berada pada din/agama yang berarti ia akan meraih keselamatan beragama yang mengarah pada syurga tapi bisa juga mengarah pada nar/neraka karena ketidakmampuannya berurusan dengan uang. Secara umum uang itu bagian dari harta yang dalam bahasa Arab disebut مال. Kata ini (maal) juga seakar dengan kata yang berarti condong atau kecenderungan. Memang harta bisa membuat orang bisa condong kepada kebaikan sama halnya memiliki kecendrungan kepada keburukan.

Dari nama-nama uang seperti di jelaskan diatas saja, kita seolah sudah dinasehati tentang bagaimana kita bersikap terhadap uang. Ini merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya untuk keberlangsungan di dunia namun yang lebih penting untuk keselamatan di akhirat kelak. Kenapa disebut dengan keselamatan?, karena jika kita merujuk kepada salah satu hadits Rasulullah bahwa "tidak akan tergelincir kedua tumit seorang hamba sampai ia bisa menjawab 4 hal : Pertama, tentang masa mudanya yang ia gunakan untuk apa. Kedua, tentang umurnya yang ia habiskan untuk apa. Dan ketiga sekaligus keempat tentang hartanya yang ia dapat dari mana dan dibelanjakan untuk apa. Rasanya pertanyaan yang terakhir ini, bukan hanya karena satu hal disampaikan dua pertanyaan sekaligus saja, namun yang terpenting adalah bagaimana jika kita tidak mampu berbohong karena uang yang diperoleh dengan cara haram dan digunakannya untuk kemksiatan. Seseorang tidak boleh menganggap ini sebagai hal biasa yang terkadang dengan seenaknya berkata, "yah gimana nanti aja". Karena manusia hanya punya kesempatan hidup di dunia sekali dan tak ada kesempatan memperbaiki jika sudah pindah ke alam hakikat sana.

Untuk itulah marilah kita camkan dan hayati untaian tuntunan Allah terkait dengan masalah uang yang Ia paparkan dalam kalam-Nya di al-Qur'an.