Jumat, 22 April 2011

Yang selalu bergandengan dalam al-Qur'an

Al-qur'an memang sebuah kitab yang benar-benar sempurna. Sempurna bukan hanya ia berasal dari Almutakallim, Allah swt, namun juga karena tidak terdapat cela dan kesalahan baik dari segi substansi dan redaksinya. Al-qur'an terbentuk dari wazan fu'lan yang mengesankan kesempurnaan sehingga al-Qur'an berarti bacaan yang sempurna.

Kesempurnaan al-Qur'an bisa kita lihat dari aneka pengetahuan dan informasi yang di sampaikan. Bahkan yang membuat kagum banyak pembacanya adalah menyampaikan informasi yang baru terjadi setelah sekian lama al-Qur'an itu diturunkan. Al-qur'an -sebagai kitab pedoman ummat Islam- memang memiliki keunikan tersendiri terkait dengan penyampaian pesan, perintah dan larangan, penyusunan redaksi dan kata-kata yang saling berkesesuaian, misalnya kata yaum (hari) didalamnya terdapat 365 kata sebanyak hari dalam setahun atau juga misalnya kata sahr (bulan) yang terulang hingga 12 kali sama dengan jumlah bulan-bulan dalam setahun.

Salah satu keunikan yang disampaikan oleh Allah swt dalam al-Qur'an adalah adanya penyebutan kata yang selalu bergandengan. Penyebutan kata yang bergandengan tersebut tentunya bukan hanya asal sebut, namun memiliki implikasi makna yang semestinya menjadi renungan bagi setiap muslim untuk menangkap makna tersirat yang ingin Allah sampaikan kepada kita. Ini (penyebutan kata yang selalu bergandengan) juga bisa menjadi formula bagi kita, formula untuk berbuat berdasarkan petunjuk dan prioritas. Rasanya tak ada yang perlu disangsikan lagi bahwa cara Allah menyampaikan maksud-Nya dengan cara seperti ini karena sesuatu yang selalu digandengkan itu memiliki keterkaitan yang sangat erat untuk meraih kesempurnaan dan kebaikannya.

Diantara hal-hal yang selalu digandengkan oleh Allah dalam penyebutannya didalam al-Qura'an adalah :

1. Taat kepada Allah dan Taat kepada Rosulullah
Dalam beberapa redaksi ayat didalam al-Qur'an, ketika berbicara tentang ketaatan maka pernyataan Allah adalah taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosulullah (Muhammad saw). Sangat penting memang sehingga ALlah mengulang kata taat untuk Rosul-Nya itu. Penekanan kata taat itu bisa jadi mengindikasikan betapa urgennya -sebagai bentuk penguatan- untuk taat kepada-Nya dan taat kepada Rosul-Nya. Bisa juga mengandung pesan bahwa ketaatan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa taat kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam kedudukan maknanya, maka sudah tidak bisa disangsikan lagi bahwa kesempurnaan dan keagungan Islam tidak bisa dipisahkan lagi antara ajaran Allah dan Rosulullah. Allah adalah sumber sedangkan Rosulullah adalah yang bertugas menyampaikan dan mengejawantahkan semua ajaran Allah hingga kita bisa melaksnakannya sampai saat ini. Rosulullah adalah yang memperinci yang global yang ada di al-Quran. Beliau juga yang menjelaskan yang samar menjadi jelas. Maka karena beliaulah yang diutus dan dipercaya untuk menjadi "kepanjangan" ajaran Allah, tidak bisa tidak bahwa ketaatan haruslah memadupadankan antara ajaran Allah dalam al-Qur'an serta ajaran Rosulullah sebagai penyampai dan penjelas ajaran al-Qur'an.

2. Iman dan Amal Sholeh
Dua istilah ini memang telah sangat lazim sekali bagi kita pada saat membaca al-Qur'an dan menghayati maknanya. Pembahasannya juga acap kali kita dapat dari berbagai sumber. Hal ini memang sangat mengesankan kepada kita bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.

Kalau kita bilang teori tidak akan lengkap dan sempurna tanpa adanya praktek maka iman pun tidak akan sempurna tanpa ada implementasinya. Keimanan yang dimiliki seorang muslim menuntut adanya bukti dari apa yang dia imani itu. Bukti itulah yang kemudian akan menjadi penentu bahwa seseorang itu benar-benar memiliki iman yang sesungguhnya atau hanya hiasan bibir saja saat dengan mudahnya diucapkan kata iman itu. Bukti itu juga lah yang akan menentukan kwalitas iman seseorang dihadapan Allah swt. Allah swt menegaskan pada kita bahwa orang yang beriman jangan mengira tak akan diberikan aneka ujian sebagai bukti ketangguhan imannya. Pada saat kita menyatakan diri kita sebagai orang yang beriman maka bersiaplah dengan melakukan aneka amal sholeh yang dituntunkan oleh-Nya seraya memiliki mental yang kuat dan sabar dalam menghadapi ujian-Nya sebagai evaluasi bagi keimanan kita.

Karena itulah tidak ada iman tanpa melakukan amal sholeh dan amal sholeh yang dilakukan tanpa didasari iman kepada-Nya hanya akan menjadi debu berhamburan yang sia-sia.

3. Sholat dan Zakat

Yang bisa kita renungi untuk dijadikan pelajaran dari sholat dan zakat adalah bahwa sholat merupakan lambang hubungan vertikal kepada Allah swt sedangkan zakat urgensinya langsung berdampak pada hubungan kita dengan sesama. Rupanya dengan sholat dan zakat ini, Allah ingin mengajarkan kepada kita bahwa hubungan kita sebagai manusia itu hanya bisa akan lengkap dan sempurna saat kita mempraktekkan keduanya bahkan tidak hanya dalam ritualnya saja, namun pada implementasinya dari makna dan hikmah yang bisa diambil dari kedua istilah itu.

Sholat dalam arti bahasanya berarti doa. Memang pada saat sholat yang kita baca adalah rangkaian doa atau komunikasi kepada-Nya yang penuh dengan pujian, pengakuan akan kebesaran dan keagungan-Nya. Komunikasi intensif yang akan membentuk jiwa yang tawadhu, sadar akan kelemahan dan ketidakberdayaan bahwa semuanya ditetapkan yang terbaik oleh Allah. Zakat menurut bahasanya berarti bersih, bersih dari kotoran ruhani tepatnya. Memang, saat zakat dikeluarkan, diawali dengan timbulnya perasaaan enggan mengeluarkan, terasa berat diberikan karena ia merasa betapa susahnya mencari uang dan seterusnya. Tapi ia berhasil juga dengan mengeluarkannya setelah dorongan akal, perasaan, terutama ajaran agama mendominasinya hingga hatinya luluh untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi untuk kemanusiaan dan karena Allah swt.

4. Iman kepada Allah dan hari akhir

Disejumlah ayat dalam al-Qur'an pada saat menyebutkan objek rukun iman maka mesti yang tidak pernah tidak disebut adalah iman kepada Allah dan hari akhir. Demikian juga didalam banyak hadits maka yang selalu disebut oleh Rosulullah adalah iman kepada Allah dan hari akhir atau kiamat. Misalnya saja, من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا أو ليصمت dan hadits-hadits yang lain.

Kalau kita cermati, memang penggandengan antara iman kepada Allah dengan hari akhir bisa dilihat dari penekanan Agama ini terhadap adanya kehidupan setelah alam dunia berakhir. Inti yang ingin disampaikan bahwa kehidupan yang hakiki dengan segala konsekwensinya, baik kebahagiaan atau kesengsaraan, akan datang setelah semua kehidupan dunia berakhir. Maka untuk menyadarkan manusia demi menghantarkannya pada kebaikan dan kebahagiaan yang sempurna hendaklah mereka mengetahui, mengikuti, menaati, dan menjalani semua yang dititahkan Allah dalam ajaran agama-Nya yaitu Islam. Dalam ajaran-Nya, Allah memang sangat menitikberatkan segala aktifitas yang dilakukan selama didunia tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia tapi lebih dari itu mereka mampu mengarahkan aktifitas duniawinya menjadi amalan yang bersifat ukhrowi.

Manusia yang sadar akan ajaran itu, maka pasti akan mendedikasikan seluruh amal dan perbuatannya demi karena Allah, karena karena ia akan menemui kebenaran janji-Nya tentang kebahagiaan yang hakiki dan sempurna setelah semua kehidupan ini berakhir.

5. Jihad dengan AMWAL dan ANFUS

Jihad, memang sementara orang mengartikannya menjadi pengertian yang sempit. Dalam pandangan sempit itu,jihad lebih identik dengan perang, bahkan saat ini pengertiannya menjadi lebih "kabur" karena ada yang menafsirkannya dengan bom bunuh diri dengan mengatasnamakan jihad.

Jihad dalam pandangan penulis adalah sebuah upaya keras dan maksimal dalam mewujudkan sebuah obsesi sampai benar-benar terwujud. Pengertian ini memang sangat umum sekali, karena apapun yang diupayakan secara maksimal atas nama obsesi akan dinamakan jihad. Memang, pengertian itu didasari pada firman Allah yang selalu menggandengkan jihad dengan kata amwal dan anfus. Allah selalu mengawali kata jihad mesti dengan kata amwal baru kemudian anfus. Amwal berarti harta dan anfus berarti jiwa raga.

Berjihad dengan menggunakan harta dan jiwa raga tidak hanya terorientasi pada satu bidang saja, perang misalnya. Tapi justru akan sangat beragam sekali bidang objek yang akan dimasuki oleh kata jihad itu. Dengan harta, kita bisa berjihad untuk kemajuan pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, bahkan membantu mengurangi kemiskinan yang metode serta caranya banyak diusung oleh macam-macam lembaga baik pemerintah atau swasta yang ada. Sedangkan jihad dengan jiwa raga atau pribadi secara fisik banyak sekali kondisi dan keadaanya tergantung dari kesediaan orang yang akan berjihad itu.

Ada yang menarik dari pernyataan firman Allah yang selalu mendahulukan kata amwal yang berarti harta baru kemudian anfus (jiwa raga). Barangkali pesan tersirat yang ingin disampaikan adalah bahwa jihad dengan menggunakan amwal akan sangat berarti lebih signifikan dan luas ketimbang anfus. Maka makna yang bisa dipetik adalah bahwa orang Islam mesti memiliki keluasan harta baik secara pribadi ataupun kolektif. Kekuatan ekonomi akan sangat menunjang sekali demi terwujudnya jihad yang diharapkan.

Demikian beberapa istilah yang selalu digandengkan penyebutannya dalam al-Qur'an. Kita tentunya meyakini dan menyadari bahwa Allah sebagai Yang Empunya al-Qur'an, memiliki maksud serta tujuan yang tersirat yang ingin disampaikan. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya.