Rabu, 15 Februari 2012

Menimbang-nimbang rasa RAHMAT pada diri kita

By : Rijal Muhammad

Kata rahmat yang sering diartikan kasih sayang sudah menjadi istilah yang sangat lazim bagi bangsa kita, tidak hanya istilah itu diapakai oleh ummat Muslim tapi yang non-muslimpun lazim menggunakannya. Kata rahmat memang selalu dikaitkan dengan bahasa agama. Misalnya, dalam UUD 45 saat kemenangan bangsa Indonesia dari para penjajah di tulis dalam muqaddimahnya bahwa kemenangan tersebut atas dasar rahmat Allah swt. Keberhasilan dan kesuksesan Rosulullah dalam berdakwah pun dinyatakan oleh Allah atas rahmat-Nya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh terjadinya sesuatu atas berkat rahmat Allah swt. Kalau memang terjadinya sesuatu keberhasilan yang besar dan agung itu atas dasar rahmat, maka mari kita telusuri tentang apa dan bagaimana rahmat itu bisa diperoleh dari Sang Pemberi rahmat, Allah swt.

Dalam al-Qur'an, Allah di gambarkan sebagai Arrahman dan Arrahim. Kedua kata tersebut berasal dari kata rahmat. Kata rahman berasal dari wazan fa'lan yang memiliki makna kesementaraan, sehingga rahmatnya Arrahman bersifat sementara karena hanya akan diberi untuk seluruh makhluknya didunia tanpa mengenal latar belakang. Sedangkan Arrahim terambil dari wazan fa'iil yang memiliki arti kemantapan dan kesinambungan, sehingga rahmatnya Arrahim baru akan tercurah pada hamba-hamba-Nya diakhirat kelak yang berprediket taat dan taqwa.

Rahmat yang dimiliki Allah berbeda dengan rahmat yang dimiliki manusia. Perbedaan itu jelas dan pasti karena rahmat Allah itu berifat menyeluruh, tidak terbatas dan diterima oleh yang berhak maupun yang tidak berhak, juga mencakup aneka aneka macam rahmat yang tidak bisa dinilai atau dihitung.


Dalam literatur kelasik, rahmat didefinisikan sebagai kelemahlembutan dalam hati sanubari yang melahirkan sifat untuk memberi kebaikan dan keutamaan pada sesama.

0 komentar:

Posting Komentar