Minggu, 12 Februari 2012

Maulid : Menyelami sirah Rosulullah lebih dalam

By : Rijal Muhammad

Maulid, saya tidak ingin berpolemik tentang pro kontra perayaan yang satu ini. Bagi saya maulid adalah semacam ta'lim biasa, bukan ritual wajib yang mesti, harus dilakukan oleh ummat Islam. Maulid memang bisa menjadi bermanfaat atau tidak tergantung bagaimana kita menyikapi dan menyelenggarakan perayaan tersebut.

Sejarah maulidpun memang banyak sekali riwayatnya. Namun satu yang bisa diungkap adalah bahwa Sultan Solahuddin Al-ayyubi yang memerintah pada tahun 570-590 M pernah berpesan kepada ummat Islam untuk melakukan maulid setiap tahunnya. Alasan dasarnya jelas, bahwa dengan maulid diharapkan ummat Islam bisa menghadirkan semangatnya Rosulullah dalam berjihad sehingga senantiasa timbul semangatnya untuk menghadapi serangan musuh yang pada waktu itu dikenal dengan perang salib. Dan untuk saat ini bukan motivasi jihad -berperang- ketika kita mengadakan maulid, namun untuk menyelami sosok beliau lebih jauh yang menjadi teladan kita dalam setiap ucapan, gerakan, perbuatan, sikap yang akan kita wujudkan dalam kehidupan nyata kita.

Maulid dan maulud, 2 kata yang sering digunakan pada saat-saat bulan Robiul Awwal. Maulid kalau dalam tatanan bahasa Arab merupakan "masdar mim" yang menunjukkan waktu serta tempat dilahirkannya Rosulullah. Sedangkan maulud merupakan "isim maf'ul" yang berarti sosok Nabi Muhammad itu sendiri. Semuanya tidak ada yang salah tinggal tergantung konteksnya penggunaan kedua kata tersebut.

Rosulullah saw adalah sosok manusia mulia pilihan Allah swt. Beliau terlahir juga dari manusia-manusia pilihan yang ditaqdirkan Allah. Dalam silsilahnya, bisa terlihat jelas bahwa beliau adalah keturunan dari para nabi hingga nabi Adam. Adapun silsilahnya adalah sebagai berikut :
1. Muhammad SAW
2. Abdullah
3. Abdul Muthallib
4. Hasyim
5. Abdu Manaf
6. Qusoy
7. Kilab
8. Murroh
9. Ka'ab
10. Luay
11. Ghalib
12. Fihr
13. Malik
14. Nadhr
15. Kinanah
16. Khuzaimah
17. Mudrikah
18. Ilyas
19. Mudhar
20. Nizar
21. Ma'ad
22. Adnan
23. Ad
24. Udad
25. Hamaisya'
26. Salaman
27. Banath
28. Haml
29. Qidrah
30. Ismail
31. Ibrahim
32. Tharah
33. Nahur
34. Syarukh
35. Arghu
36. Falikh
37. Abir
38. Syalikh
39. Arfakhsyid
40. Sam
41. Nuh
42. Lamak
43. Matusyalah
44. Akhnuh
45. Alyard
46. Mahlayil
47. Kinan
48. Anusy
49. Syits
50. Adam wa Hawa (alaihimasaalam)

Salah satu yang sepakat untuk tidak dilakukan adalah mendeskripsikan Rosulullah dalam bentuk gambar atau lukisan tentang beliau, termasuk juga mempersonifikasikan beliau dengan figur lain. Namun demikian, penjelasan tentang deskripsi fisik, prilaku serta mentalnya sering diuraikan dalam berbagai riwayat dan tulisan.

Secara fisik beliau memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu pendek. Rambutnya tidak keriting tergulung tapi juga tidak lurus kaku melainkan ikal bergelombang seperti riaknya ombak dilautan. Kulitnya putih kemerahan tapi tidak merah seperti kulit orang barat atau sawo matang seperti orang Indonesia. Badanya tidak besar namun memiliki bahu yang bidang menandakan bahwa ia sangat aktif bergerak dan bekerja. Dagunya tidak lancip dan memiliki wajah yang bersinar seperti terangnya fajar. Matanya hitam pekat dan memiliki bulu mata yang lentik dan terlihat seperti memakai celak. Hidungnya bak huruf alif yang mancung, senyumnya tersimpul seperti huruf mim dan alsinya membentuk seperti huruf nun.

Kalau ia dipanggil menoleh dengan seluruh badannya. Kalau ia berbicara maka terkadang hingga diulangi 3 kali pertanda pentingnya ucapan itu. Kalau ia menunjuk maka menjulurkan semua jari-jarinya. kalau ia berjalan, berjalan dengan tegap dan gagah seperti seseorang yang berjalan diturunan. Dan sepanjang hidupnya ia cuma memiliki 20 lembar uban, itupun karena Nabi pernah mendapatkan wahyu yang menceritakan tentang adzab. Walhasil, siapapun yang melihatnya akan merasa senang karenanya, dan siapapun yang mengenalnya lebih jauh akan jatuh cinta kepadanya, karena beliau adalah "ahsanunnnasi khalqan wa khuluqan" yaitu sebeaik-baik makhluk baik dari sisi fisik maupun pernagainya.

Rosulullah terlahir sebagai anak yatim dan tidak punya apa-apa. Namun karena kejujuran, ketekunan dan keuletannya dalam mengelola perdagangan yang diamanhkannya, ia mampu menjadi seorang pemuda yang kaya. Bukti kekayaannya adalah terlihat saat ia memberikan mahar perkawinannya dengan Siti Khadijah berupa 20 ekor unta dan 12 ons emas. Kalau kita mencoba untuk mengkalkulasi jumlah mahar tersebut, seperti 1 ekor unta dengan harga 10 juta misalnya, maka 20 ekor akan mencapai jumlah 200 juta. 12 ons emas kalau dibuat dalam ukuran gram maka akan menjadi 340 gram, kalau 1 gram emas misalnya seharga 300 ribu maka 340 gram akan berjumlah 102 juta. Maka total mahar Rosulullah jika dikalkulasikan dengan keadaan uang sekarang kurang lebih 302 juta rupiah. Jumlah yang sangat besar dan mahal untuk ukuran mahar pernikahan. Maka pertanyaannya, anak muda yang manakah yang bisa membayar mahar nikahnya sebesar itu?.

Dalam al-Qur'an QS. Al-ahzab Allah menyatakan bahwa ia terlahir sebagai uswah atau teladan. teladan bagi seluruh ummat dengan level dan profesi apapun. Dan ini bukan sesuatu yang mustahil bagi Rosul pilihan Allah ini. Dalam buku Abqariyyatu Muhammad, Abbas Mahmud Al-Aqqad menjelaskan ada 4 tipe manusia secara keseluruhan, yaitu : 1. Tipe pemikir 2. Tipe pekerja 3. Tipe seniman 4. Tipe Ahli ibadah. Sulit rasanya menjumpai orang yang memiliki sekaligus 2 dari 4 tipe tersebut, apalagi memiliki hingga 4 tipe. Sebagai contoh misalnya, Anda adalah tipe pekerja, sanggupkan Anda bangun malam untuk sholat tahajjud setiap malam, atau puasa senin kamis setiap minggunya. meskipun ada tapi akan terasa jarang sekali. Namun Rosulullah memiliki 4 sekaligus tipe tersebut, karena memang ia dipersiapkan Allah menjadi teladan bagi setiap insan yang terlahir tidak sama.

Teladan bagi si miskin

Rosulullah terlahir sebagai seorang yang yatim bahkan yatim piatu saat berusia 6 tahun. Terlahir dari orang tua yang tidak mewarisi harta berharga untuknya. Masa kecilnya diasuh oleh kakek dan pamannya tak pernah merasakan pendidikan langsung dari orang tuanya. Dalam QS. Adhuha Allah menyatakan bahwa dia Muhammad pernah didapatinya berkekurangan kemudian Allah cukupkan kebutuhannya. Dan perintah untuk tidak mengahrdik anak yatim dan para peminta karena ia sepenuhnya menghayati bahwa ia terlahir sudah menjadi yatim.

Kehidupan dalam rumahnya tak pernah didapati istilah glamour atau berlebihan. Rumahnya kecil berdua dengan Ali bin Abi Thalib. Tiang rumahnya terbuat dari pohon palem yang terbalut lumpur. Alas tidurnya kadang menggunakan pelepah kurma, separuh jadi alas dan separuhnya lagi dijadikan selimut sehingga saat bangun tidur terlihat berbekas pada pipinya yang mulia itu. Kalau mengaca pada kacamata orang sekarang, Rosulullah hidup dalam suasana miskin. Tapi yang luar biasa dalam keadaan seperi itu ia mampu berkata “ BAITI JANNATI” rumah ku laksana surge bagiku. Artinya bahwa untuk merasakan kebahagian tak selalu melalui kekayaan karena kekayaan sebetulnya terletak dihati dan kemampuan mengelola hati itu bukan yang lain. Bagi mereka yang tidak bergelimang harta tidak perlu merasa tak punya figure karena Rosulullah adalah contoh terbaik dalam hal ini.

Namun demikian, bukan berarti bahwa kisah tersebut untuk melegitimasi hidup miskin dan berkekurangan. Karena dalam sabdanya yang lain juga Nabi mengatakan bahwa nyaris kefaqiran mengantarkan pada kekufuran maka setiap muslim mestinya berlindung dari keadaan seperti itu dengan memiliki kecukupan materi.

Teladan bagi si kaya

Muhammad saw memang membuktikan hidupnya yang kita bilang sekarang dengan istilah "kaya" saat beliau memberikan mahar pada Khadijah. Namun bukan jumlah seperti yang disebutkan diatas yang penting, tapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana beliau bisa mengumpulkan harta sebanyak itu. Pastinya dengan keuletan, kejujuran dan kedisiplinannya bekerja hingga ia bisa meraih sukses.

Sebagai orang yang memiliki harta, Rosulullah menjadi teladan dalam hal bagaimana ia mencari harta yang halal itu, bagaimana ia menyukuri harta itu, dan bagaimana kemudian ia menggunakan atau membelanjakan harta itu. jawabannya adalah bahwa semua harta yang dimilkinya digunakan sebagian besarnya untuk kebutuhan ummatnya.Teladan yang nyaris sulit dilakukan oleh ummatnya saat ini. Sangat bertolak belakang disaat Islam menganjurkan ummatnya mencari dan membelanjakan hartanya demi tegaknya dakwah Islam, sebagian ummatnya asyik mengumpulkan harta dengan jalan pintas yaitu korupsi. Hasil dari harta korupsi dikumpulkan dan digunakan untuk mengurusi kebutuhannya dan keluarganya tanpa merasa ada salah dan sesal malah menjadi kebanggaan dirinya.


Teladan bagi pemimpin

Banyak juga ilmuwan non-Muslim yang memberikan pernyataan objektif tentang keberhasilan Rosulullah sebagai pemimpin ummat dan menyebarkan Islam. Michael Hart yang jelas memposisikan Rosulullah diurutan pertama karena dia menyatakan bahwa Muhammad adalah orang yang paling berpengaruh dalam sejarah karena memang pengaruh ajaran dan sosoknya begitu kental dan nyata terlihat pada ummatnya hingga saat ini. Ada lagi Sir George Bernard Shaw yang mengandaikan jika Muhammad ada saat ini dan diberikan tampuk kepemimpinan untuk seluruh negara maka dia akan sanggup membuat segala permasalahan menjadi terselesaikan dan membuat kemakmuran bagi setiap rakyatnya.

Cuma ada dua hal penting sebetulnya yang dibutuhkan pemimpin dalam memerintah. Kemakamuran atau kesejahteraan rakyat dan penegakan keadilan yang setinggi-tingginya. Kalau komitmen tinggi dalam melakukan dua hal tadi, maka siapapun yang akan menjadi pemimpin akan meraih kesuksesan dan akan dikenang karena jasa dan kiprahnya oleh rakyatnya.

Sebagai penutup dari peringatan maulid yang setiap tahun sering diperingati, marilah kita resapi cerita seorang nenek-nenek penjual alat-alat dapur yang selalu memungut sampah setelah ia seselai berjualan. Saat ketika ia selesai menjual dagangannya, selalu menyempatkan pergi ke masjid dan memungut semua daun sampah yang berserakan. Hal itu ia lakukan setiap hari sehingga membuat pengurus masjid tersebut merasa iba dan mencari petugas khusus pembersih masjid sebagai pengganti nenek tersebut. Tahu bahwa ada petugas kebersihan yang menggantikan dirinya, ia kemudian menangis sambil memohon kepada pengurus masjid agar dia diizinkan untuk melakukan tugasnya. Kalau ia ditanya apa alasannya ia tidak pernah menjawab. Ia hanya mau menceritakan perbuatannya tersebut kepada seorang Kiai yang ada didaerah tersebut. Dia berpesan pada kiai agar tidak menceritakan alasannya kecuali setelah ia meninggal. Dan setelah meninggal, kiai itu bilang bahwa alasan nenek-nenek itu selalu membuang sampah masjid adalah karena cuma itu yang dia bisa dalam mengejawantahkan rasa cintanya kepada Rosulullah Muhammad saw. Setiap ia memungut satu daun sampah ia memungutnya sambil membaca sholawat atas Nabi Muhammad, dan begitu seterusnya ia lakukan hingga maut menjemputnya. Dia cuma bisa lakukan itu karena dia tidak memiliki yang bisa diandalkan seperti uang misalnya untuk meniru dan meneladani Roslulullah dalam bersedekah. Hanya itu yang dia bisa lakukan.


Rasanya bukan kuantitasnya saja yang perlu diperhatikan saat kita mau mengejawantahkan cinta kita pada Rosulullah, tapi kualitas keikhlasan juga akan sangat menentukan bagi kebenaran cinta tersebut seperti yang pernah ditunjukkan nenek tersebut. Semoga menjadi pelajaran dan renungan bagi kita yang dianugerahi banyak kelebihan dan kesempatan untuk mencintai Rosulullah Muhammad saw.

ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLIM ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALAA ALIHI WA SAHBIH

0 komentar:

Posting Komentar