Selasa, 28 Desember 2010

Hablum Minallah dan Minannas ( Vertical and Horizontal Oriented)

By : Rijal Muhammad

Dalam surat Saba ayat 46, Allah menegaskan satu hal maha penting namun mencakup dua hal, Pertama, perintah untuk melaksanakan ibadah hanya untuk-Nya, kedua, berfikir. Dua hal tapi Allah nyatakan sebagai satu. Itu karena antara ibadah dan berfikir tak lain merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah. Beribadah misalnya, akan terasa hampa dan tak bermakna kalau yang melakukannya tidak tau kenapa,bagaimana dan untuk apa perintah itu dilakukan. Faktanya, nyaris banyak orang melakukan ibadah tapi sedikitpun mempengaruhi gaya hidupnya (ucapannya, tindakannya, pola pikirnya dll.).

Salah satu yang perlu untuk ditegaskan pada pernyataan seperti itu adalah upaya untuk memahami dengan baik hal-hal yang tersurat dan yang tersirat dari semua yang kita bisa baca (IQRA) dialam yang tercpta ini. Rasanya Allah swt sangat kreatif untuk menyatakan maksud dari semua titah dan ajaran-Nya tidak terbatas hanya pada yang terlihat saja.

Dalam tulisan ini, akan ditampilkan beberapa hal tersirat yang bisa diungkap dalam memhami kreasi Allah dalam menerapkan ajaran dan syariat-Nya. Apa yang diungkap ini adalah kesan yang sangat mendalam tentang upaya mensinergikan antara ibadah yang kita lakukan yang bersifat HABLUM MINALLAH (Vertical Oriented) dan HABLUM MINANNAS (Horizontal Oriented). Dua untaian sikap yang tidak bisa dipilih salahsatunya, namun harus dilaksanakan keduanya secara beriringan dan bersamaan.

Kesan-kesan yang bisa diungkap adalah :

1. Dalam al-Qur'an setiap pernyataan Keimanan selalu digandengkan dengan Amal Sholeh. Contoh, اللذين أمنوا selalu digandengkan عملوا الصالحات atau misalnya sapaan kepada orang beriman seperti ياأيها الذين أمنوا dilanjutkan dengan perintah tertentu yang notabenenya sebagai bentuk amal sholeh. Kita sudah maklum, bahwa ada maksud Allah yang bisa kita pelajari kalau setiap pernyataan itu selalu digandengkan dua hal yang tidak terpisah. Iman erat kaitannya dengan upaya merangkai hubungan mesra kita dengan-Nya sedangkan amal sholeh meski semua dilakukan demi dan karena-Nya namun tak bisa dipungkiri manfaatnya juga akan berimbas pada upaya menjalin keakraban dengan manusia. Iman kita perkuat sebagai vertical oriented kita dan amal sholeh sebagai horizontal oriented kita.

2. Masih dalam al-Qur'an. Setiap ada pernyataan perintah sholat selalu saja digandengkan dengan zakat. أقيموا الصلاة وأتوا الزكاة laksanakanlah sholat secara benar dan berkesinambungan dan hantarkanlah zakatnya. Sholat merupakan ibadah yang kita lakukan sebagai cara yang mesra untuk membangun kedekatan dan komunikasi yang intens dengan-Nya, orientasinya sangat erat sekali untuk membangun hubungan (vertical oriented) dengan-Nya. Sedangkan zakat sudah sangat jelas sekali orientasinya untuk membangun hubungan sosial yang dengan sesama manusia (horizontal oriented). Tak dinyana lagi bahwa Allah ingin agar kita mesra dengan-Nya dan akrab serta damai dengan sesama.

3. Belajar dari sholat. Sholat yang kita laksanakan itu sangat berbeda sekali dengan sholat yang dilaksanakan oleh ummat-ummat terdahulu. Lebih lengkap tepatnya. Rasanya ibadah yang satu ini akan tidak fair sekali kalau kita melihatnya sepi makna, terlebih itu -sholat- dilegalisasi melalui sebuah moment akbar yaitu Isra dan Mikraj. Hal kecil yang bisa diungkap terkait dengan masalah ini adalah bahwa sholat secara definisi berarti kegiatan berupa ucapan atau gerakan yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam. Tidakkah kita memperhatikan, saat kita melakukan niat dibarengi dengan takbiratul ihram kita mengucap lafadz ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar) dengan sepenuhnya mengahadirkan jiwa serta pikiran kita kepada-Nya, konsentrasi dan khusyu' karena kita sedang akan berdialog dengan-Nya, saat itulah kita sedang merangkai HABLUM MNALLAH mengeratkan hubungan dengan-Nya. Sedangkan pada saat diakhir sholat, kita mengucapkan salam dengan menoleh kekanan dan kiri. ASSALAMU 'ALAIKUM semoga keselamatan dan kedamaian menyertaimu selalu. Ini bukan ucapan kosong belaka, Allah tidak perlu ucapan itu. Ucapan atau doa itu pasti diarahkan kepada sesama kita, minimal sekali kita memberikan doa keselamatan dan kedamaian kepada sesama. Praktek sholat seperti ini lagi-lagi mengajarkan kepada kita bahwa disamping kita menyerahkan kepasrahan untuk beribadah hanya kepada-Nya namun juga jangan melupakan untuk menimbulkan kepedulian secara aktif dengan sesama, karena kita tak bisa hidup sendiri dan butuh kebersamaan.

4. Isra dan Mi'raj. Isra artinya melakukan perjalanan dimalam hari sedangkan mi'raj berarti naik. Dipoint 3 telah disinggung bahwa moment isra mi'raj adalah moment dilegalkannya perintah sholat. Ternyata, dalam moment itupun, Allah SWT menyinggung dan menyiratkan tentang upaya menjalin Hablum Minallah dan Minannas. Saat isra dilakukan nabi melakukan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjid Al-aqsha. Pertanyaan yang tidak berlebihan juga untuk kita sampaikan, kenapa si tidak langsung saja naik menuju-Nya?. Ya.. kita bisa mengaitkan dengan pembahasan ini, bahwa disamping ada kebahagian yang maha tak terkira dengan terjadinya perjumpaan pemimpin agung Muhammad SAW dengan Allah Yang Maha Agung, ada juga keharusan berbagi kebahagiaan dengan sesama kita, keluarga, kerabat, tetangga dan mereka yang menjadi saudara kita seagama termasuk juga yang tidak seagama. Isra jelas kiranya sebagai bentuk kepedulian kita untuk menjalin kebahagiaan dengan sesama sedangkan mi'raj kesempatan maha besar bagi Muhammad SAW meraih kebahagiaan menjumpai Tuhan-nya. Itulah makna yang bisa dipetik dari  pembahasan ini. Adalagi bukti yang ditunukkan oleh Muhammad SAW dalam mengajarkan kita tentang pembahasan ini, hablum minnnas terutama, kesediannya untuk turun dan menceritakan yang beliau dapat dan rasakan kepada ummat. Karena pertanyaan subjektif bisa saja kita katakan, untuk apa Muhammad SAW turun lagi kedunia kalau kenikmatan tertinggi telah diraih? Ah... rasanya karna Pemimpin agung itu ingin berbagi kebahagiaan dengan kita sebagai ummatnya.

5. Qurban. Adalagi yang kita bisa tangkap dari perintah melakukan qurban. Qurban berasal dari kata qaraba yang berarti dekat. menggunakan wazan FU'LAN memiliki makna kedekatan yang sempurna. Sama seperti kata QUR'AN yang berarti bacaan yang sempurna, SUBHAN kesucian yang sempurna. Kata sempurna yang menempel pada kata dekat -qurban- memiliki makna bahwa pada saat kita melakukan ibadah itu memiliki kesempurnaan dalam merangkai HABLUM MINALLAH antara kita (hamba) dengan Allah dan HABLUM MINANNAS antar seama. Dimana letaknya... saat kita menyemblih hewan kurban yang akan sampai kepada-Nya adalah bukan darah atau daging kurban itu tapi dasar ketaqwaan kita yang kita persembahkan. Allah itu maha suci (fitrah). Manusia terlahir dalam kondisi fitrah, tugas terberatnya adalah menjaga, melakukan amalan yang fitri dan mempertahankannya hingga mautnya datang. Saat manusia mempertahankan nilai-nilai fitrinya seperti belas kasih dengan sesama bahkan kesemua alam, membumikan kebenaran, kejujuran, keadilan dan sterusnya maka sifat-sifat itulah yang melandasi kita disbut taqwa. Maka pada saat kita berkurban kita sedang memperjuankan sifat itu sekaligus menyemblih antonim dari sifat itu, kebohongan, keangkuhan, kedzoliman dan sterusnya. Maka qurban tak lain dari pengejawantahan sifat dan sikap kita dalam membina kedekatan dengan Allah SWT (vertical oriented). Adapun sisi horizontal orientednya sudah tidak bisa disangsikan lagi, karena daging serta semua sesemblihan kurban itu akan didistribusikan untuk semua saudara kita, saudara seagama dan saudara sekemanusiaan.

Rasanya banyak sekali yang bisa kita paparkan dalam mengungkap pentingnya membangun hubungan dengan Allah melalui ibadah dan hubungan dengan manusia dengan aneka bentuk amal dan kepedulian. Bahkan nyaris semua bentuk ibadah yang kita lakukan memilki filosofi yang sama dengan 5 point pembahasan diatas. Inilah pentingnya bagi kita untuk memahami,  menghayati dan tentunya mengamalkan kandungan hikmah tersebut. Allah menyatakan dalam surat Ali Imran ayat 112 bahwa yang tidak melaksanakan kedua hal tersebut -HABLUM MINALLAH & MINANNAS- akan merasakan dua hal ; DZILLAH (kehinaan) dan MASKANAH (kemiskinan/kekurangan). Dengan ini, Allah SWT ingin menajdikan kita sebagai pribadi yang sholeh ritual dan soleh sosial. Semoga...

0 komentar:

Posting Komentar